"Sumpek..." batin ingin berteriak, namun tidak bisa, karena malu sama Suami dan anak tentunya.
Beberapa bulan lalu saya sempat uring-uringan. Alasannya sepele, saya ingin melukis lagi, bahasa kerennya: Me time.
Saya sedih karena melukis butuh ruang dan waktu, sedangkan di satu sisi saya juga harus membersamai buah hati yang usianya baru 2 tahun. Coba melukis bersama anak? Tidak semudah itu sayang, daripada memarahi anak gara-gara lukisan saya diambil alih oleh tangan mungilnya yang suci, lebih baik saya biarkan dia eksplorasi seni sendiri. Suami juga lelah karena harus bekerja dan persiapan konser kala itu.
Sampai di hari Minggu yang cerah, saya minta izin sama Suami untuk titip anak sebentar, 2 sampai 3 jam saja. Beliau kemudian mengajak anak kami naik kereta ke Bandung. Apakah setelah Suami dan anak berangkat saya jadi melukis? Tidak. Saya hanya memandangi kanvas sebesar 70cm x 50cm tersebut. Penyakit Art block menyerang, saya nggak bisa melukis dalam keadaan tertekan dan sedih.
Akhirnya saya menatap sekeliling, rumah terasa sumpek sekali, kemudian saya mengambil bangku dan mulai mencopot lukisan demi lukisan hasil karya dari tahun 2015 sampai 2019. Saya juga berhati-hati sekali menurunkan lukisan-lukisan yang menghiasi tangga. Momen itu dramatis sekali, entah sedang PMS atau gimana, tapi rasanya kayak patah hati berkeping-keping gitu.
Tak terasa air mata mengaliri pipi, semakin perih bagaikan menahan luka yang belum terobati. Semua lukisan saya simpan dalam sebuah kota penyimpanan besar yang kini saya sebut kotak benda pusaka. Jangan tanya kapan lukisan saya dipajang lagi. Mungkin inilah yang sering diomongin orang, passion oh passion...
Setiap keputusan pasti ada resikonya, ya, tapi kita tetap harus berpikir positif. Dampak yang saya rasakan ketika melihat dinding kosong dari lukisan adalah ruangan dan tangga kini terasa lebih luas, lebih terang dan nggak sumpek lagi. Ternyata terlalu banyak lukisan memang tidak baik bagi suasana hati, karena gemas sendiri dihantui perasaan berdosa: "Kapan kamu akan melukis lagi, San?" Setelah menyimpan kotak benda pusaka, saya kembali beres-beres dan menyetrika seragam Suami untuk ke kantor (teteup ya lagi sedih juga inget setrikaan lol).
Karena lelah, saya tertidur lama sampai anak membangunkan, "Mami... Mami... bangun...". Kemudian saya sadar, apakah saya sedang mengalah? Tidak, saya sedang belajar ikhlas agar bisa mengimbangi Suami dan fokus menata "rumah". Tak apa jika belum bisa rutin berlatih melukis, nanti ketika anak sudah besar saya bisa melanjutkannya lagi. Saya bangkit dan memeluk Gentra, meminta maaf tidak menemaninya bermain dan senyumannya membuat sedih saya tiba-tiba menghilang.
Seminggu, dua minggu berlalu saya mulai terbiasa dan nyaman ketika mata tidak sibuk dengan pemandangan lukisan yang menempel di dinding. Suami juga bilang kalau ruangan menjadi lebih lapang, namun Suami menyarankan agar tetap memanjang satu atau dua lukisan agar ruangan lebih berwarna. Bukankah kita harus dikelilingi oleh benda-benda atau hal yang disukai? Ternyata bermain dekorasi sangat menyenangkan, ya! Apabila rumahnya tidak terlalu besar, kita juga dituntut untuk kreatif dalam mewujudkan rumah impian.
Kalau ditanya ingin punya rumah impian seperti apa? Saya akan menjawab ingin rumah tipe White House yang serba putih cling gitu dari luar, namun bagian dalam rumah tetap berwarna supaya penghuninya juga terbawa ceria. Apalagi saya kan tiap hari ada di rumah ya, saya lah yang pertama kali harus betah karena prinsipnya kan: happy wife happy life. Nah, soal dekorasi rumah, Suami sih ngebebasin saya berkreasi, beliau menjemput rezeki saja dan tahu beres hehe.
Sejak menikah, saya ingin langsung memiliki rumah, tapi di rumah Mertua tidak ada anaknya yang menemani selain Suami dan tempat kerja Suami juga dekat. Jadi, saya bersyukur saja karena tinggal disini sangat strategis, lagipula kami punya "ruang sendiri dan dapur sendiri" sehingga saya betah tinggal di Istana Mertua indah. Sebelumnya ruang tamu terlihat monoton, namun kemudian saya pajang dua lukisan agar lebih berwarna. Hampir semua orang yang berkunjung selalu bilang rumah kami adalah rumah Seniman.
Selain ruang tamu, ruang berkarya juga harus memberikan kenyamanan ekstra karena kami adalah passionable couple. Suami punya beragam alat musik dan home recording, sedangkan saya juga punya peralatan lukis dan kalau melukis butuh keleluasaan, kan Ternyata meskipun tiga bulan tidak melukis, saya tidak kehilangan naluri seni sehingga berhasil menyelesaikan sebuah lukisan besar berjudul "Dreamy clouds" yang merupakan perpaduan warna pastel seperti merah muda, biru muda, ungu muda dan putih.
Cukup satu lukisan besar saja bisa menambah energi positif di rumah, tentunya saya pajang di ruang berkarya berseberangan dengan alat musik milik Suami. Sedangkan disebelah kanan yang biasanya ada 4 lukisan berseri, diganti dengan foto keluarga agar saya selalu bersyukur dan foto-foto dengan memori terindah ikut dijajarkan rapi sebagai pemanis suasana.
Kami rasa masih ada yang kurang dan saat scrolling Instagram, di Artist room juga terdapat meja kerja untuk kebutuhan karya digital. Tapi bingung nih meja kerja seperti apa ya, yang sesuai dengan konsep home decor-nya? Kebetulan setelah tragedi kotak benda pusaka, paling enak Istri diajak belanja, ya kan? Kami nongkrong di Dago dan nggak lupa belok ke surga furniture: Informa.
Selain ruang tamu, ruang berkarya juga harus memberikan kenyamanan ekstra karena kami adalah passionable couple. Suami punya beragam alat musik dan home recording, sedangkan saya juga punya peralatan lukis dan kalau melukis butuh keleluasaan, kan Ternyata meskipun tiga bulan tidak melukis, saya tidak kehilangan naluri seni sehingga berhasil menyelesaikan sebuah lukisan besar berjudul "Dreamy clouds" yang merupakan perpaduan warna pastel seperti merah muda, biru muda, ungu muda dan putih.
Cukup satu lukisan besar saja bisa menambah energi positif di rumah, tentunya saya pajang di ruang berkarya berseberangan dengan alat musik milik Suami. Sedangkan disebelah kanan yang biasanya ada 4 lukisan berseri, diganti dengan foto keluarga agar saya selalu bersyukur dan foto-foto dengan memori terindah ikut dijajarkan rapi sebagai pemanis suasana.
Kami rasa masih ada yang kurang dan saat scrolling Instagram, di Artist room juga terdapat meja kerja untuk kebutuhan karya digital. Tapi bingung nih meja kerja seperti apa ya, yang sesuai dengan konsep home decor-nya? Kebetulan setelah tragedi kotak benda pusaka, paling enak Istri diajak belanja, ya kan? Kami nongkrong di Dago dan nggak lupa belok ke surga furniture: Informa.
Ternyata Informa tuh selain di Living Plaza Dago, punya store lain di Bandung yaitu Plaza IBCC, Living Plaza Pasirkaliki dan Apartemen Gateway Pasteur. Lokasi Informa mudah dijangkau karena selalu berada di daerah yang strategis. Selain store yang tersebar di seluruh Indonesia, produk yang dijual di Informa juga bisa dibeli secara online.
Hal-hal yang kami sukai dari Informa itu tempatnya sudah pasti bersih dan modern, produknya lengkap dan kekinian, jadi nggak ketinggalan zaman gitu guys! Informa menyediakan berbagai macam produk yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan mulai dari produk untuk kamar tidur, kamar mandi, dapur, kantor, hingga aksesoris rumah tangga. Selain itu, keuntungan jadi member Informa adalah gratis biaya pengiriman hingga bayar pakai poin. Menarik sekali bukan?
Hal-hal yang kami sukai dari Informa itu tempatnya sudah pasti bersih dan modern, produknya lengkap dan kekinian, jadi nggak ketinggalan zaman gitu guys! Informa menyediakan berbagai macam produk yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan mulai dari produk untuk kamar tidur, kamar mandi, dapur, kantor, hingga aksesoris rumah tangga. Selain itu, keuntungan jadi member Informa adalah gratis biaya pengiriman hingga bayar pakai poin. Menarik sekali bukan?
Inilah yang kami cari! Informa menawarkan 4 gaya inspirasi Home Decor yaitu:
- Glamourous Deco untuk yang suka nuansa mewah dan anggun.
- Neo Deco Candy untuk suasana rumah yang ceria, kekinian dan instagramable.
- Graphical Pop untuk pecinta seni yang butuh sentuhan artistik.
- Solid Harmony untuk yang aktif dan dinamis.
Awalnya saya suka gaya Neo Deco Candy karena bisa menjadikan rumah banyak spot selfie hehe, secara warna pastel itu Sandra banget! tapi supaya warna pastel-nya lebih seimbang, saya akhirnya memilih Graphical Pop yang langsung disetujui sama Suami. Kenapa sih terinspirasi dari Graphical Pop?
- Karena minimalis tapi nggak ngebosenin.
- Kita bisa bikin konsep ruang tamu yang artsy dan modern dengan perpaduan furnitur berwarna monokrom dengan aksesoris berwarna pastel.
- Warna pastel juga bagus untuk kamar tidur anak supaya tidur nya lebih nyenyak.
- Pajangan motif print bisa cocok bersanding dengan foto atau lukisan saya.
Melihat konsep home decor Graphical Pop membuat kami tambah semangat lagi untuk berkarya. Apalagi meja kerja dan lemari minimalisnya itu lho, terlihat bersih dan rapi. Dengan Graphical Pop, warna pastel dan monokrom akan berpadu indah di rumah. Oh ya, menata ulang hunian emang sangat memengaruhi mood penghuni rumah, terutama saya. Sekarang jadinya lebih santai, kalau sempat melukis, kalau belum ya tinggal tunggu perfect timing saja.
Demikianlah pengalaman bermain dekorasi dan inspirasi rumah artistik untuk jiwa yang haus berkarya. Jikalau teman-teman masih bingung mencari pernak-pernik dan inspirasi rumah, bisa langsung kunjungi store Informa terdekat dan dapatkan berbagai kejutan spesial untuk inspirasi gaya hunian terbaru!
Demikianlah pengalaman bermain dekorasi dan inspirasi rumah artistik untuk jiwa yang haus berkarya. Jikalau teman-teman masih bingung mencari pernak-pernik dan inspirasi rumah, bisa langsung kunjungi store Informa terdekat dan dapatkan berbagai kejutan spesial untuk inspirasi gaya hunian terbaru!