• 1.5.19

    Generasi Milenial, Ayo Hijrah Secara Finansial!

    "Neng nikah, yuk!"
    "Ayo!"
    "Resepsinya sederhana saja ya, tanpa utang"
    "Baiklah, tapi setelah menikah ajak Neng honeymoon ya, Kang!"
    "Siap! Mau honeymoon kemana?"
    "Jogja, Bali, Lombok hmmm pokoknya ke tempat yang belum kita kunjungi, Kang"
    "Tenang saja, kita berdoa kepada Allah supaya rumah tangga kita diberikan rezeki yang halal, berkah dan banyak, agar bisa Haji, Umroh dan keliling dunia bersama"
    "Akang so sweet deh, oh iya Kang, sebelum kita memiliki anak, baiknya kita menikmati pacaran setelah menikah ya?"
    "Akang juga berpikiran sama dengan Neng, kita harus mempersiapkan fisik, mental, spiritual dan finansial seperti dana darurat sebelum memiliki anak"
    "Iya Kang, kita harus mandiri secara finansial agar tidak merepotkan orang tua apalagi setelah nanti punya anak, biaya hidup pasti akan meningkat"
    "Memang rezeki setiap anak itu sudah disiapkan oleh Allah, akan tetapi kita juga harus berusaha yang terbaik untuk anak kita dengan memiliki tabungan untuk masa depan nanti".
    "Iya Kang, jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah". 
    "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka... " (QS.4:9) 

    Beberapa tahun sebelumnya... 
    Pernahkah teman-teman mengalami life quarter crisis? Atau sekarang sedang mengalaminya? Life quarter crisis merupakan kondisi krisis, kegelisahan tentang karir, asmara, kondisi keuangan bahkan masalah keluarga yang sering dialami saat menginjak usia 25 sampai 35 tahun. Rentang usia tersebut bisa saja bersamaan dengan generasi milenial yang kini sedang produktif berkarya. Pertama kali saya mengenal istilah life quarter crisis saat membaca novel chic-lit di SMK, kala itu saya belum mengerti apa maksudnya. 

    Setelah dewasa saya baru sadar kalau masa-masa galau penuh pertentangan hidup itu sudah pernah saya alami jauh sebelum usia matang seperempat abad. Menurut para pakar, mengalami life quarter crisis sebelum usia 25 tahun akan lebih baik untuk menjadikan kita lebih kuat dan berani menikmati setiap langkah kehidupan. Inilah awal life quarter crisis dalam hidup saya... 

    Berasal dari keluarga sederhana, membuat saya harus rajin belajar dan berusaha lebih dari yang lain. Berkat kerja keras Bapak dan doa Mama yang tak terhingga, saya bisa masuk kuliah tanpa tes. Tak berhenti sampai disitu, saat kuliah saya berjualan kue buatan Mama dan mengejar beasiswa supaya meringankan beban orang tua yang juga harus membiayai pendidikan adik-adik saya. Di kampus saya fokus kuliah, jarang main bersama teman-teman karena saya ingin cepat lulus, bukan untuk mengejar predikat Cum-Laude tapi supaya orang tua saya tidak perlu membayar SPP dan kebutuhan kuliah lagi. Saya kemudian mendapat panggilan kerja di perusahaan ritel dan berbagai lembaga bimbingan belajar populer di Bandung, tapi hidup ini sebuah pilihan. Akhirnya saya memilih pekerjaan yang sesuai passion, bukan yang sesuai dengan jurusan kuliah. Lalu, apakah setelah bekerja hidup saya membaik? 

    Ternyata impian kadang tak seindah kenyataan, bekerja sesuai passion, tak hanya manis tapi sisi pahitnya juga ada, itu merupakan konsekuensi atas keputusan yang telah saya pilih. Gaji lebih banyak dikeluarkan untuk ongkos dan akhirnya saya harus sewa kamar kost dekat kantor untuk berhemat. Mungkin karena kurang beramal, saya seringkali kehilangan uang di kost-an sehingga tidak memiliki tabungan. Gaji bulanan sering tak bersisa, padahal saya tidak boros, hiks. Ditambah lagi masalah keluarga tak kunjung henti menyerang, menyiksa batin sampai saya sering sakit-sakitan dan kurus sekali.

    Meskipun sempat mengalami stres, saya tetap mengingat Allah, tidak berhenti berdoa meminta pertolongan Allah dan berusaha sekuat tenaga keluar dari kesedihan yang mendera. Alhamdulillah, saya bisa melewati hari-hari kelam itu dan ternyata jika kita berani mengahadapinya, semua akan terasa lebih mudah. 

    Foto Prewedding ala @art_sense

    Berani berhijrah
    Hari-hari saya berbunga kembali ketika lamaran pernikahan disampaikan pria impian yang sudah saya kenal dengan baik. Kami memantapkan hati melepas masa lajang tepat pada tanggal 2 Mei 2014. If the wedding is the planting and marriage is the season, kebahagiaan tidak cukup dalam sehari resepsi tapi berusaha bahagia harus setiap hari, sampai tua, hingga tempat keabadian nanti. 

    Kami menyempurnakan separuh agama dengan menikah secara sederhana namun penuh makna. Setelah menikah kami harus tinggal terpisah, saya di Bandung Timur dan Suami di Bandung Barat. Hal tersebut dikarenakan saya masih terikat kontrak kerja dimana jika resign harus membayar penalty ke perusahaan. Demi bertemu saya beberapa kali seminggu di kost-an, Suami rela keluar kerja dan memilih mengajar paruh waktu, padahal waktu itu Suami saya sudah menjadi Pegawai tetap di salah satu sekolah favorit. Kemudian saat Suami sakit, saya sedih sekali dan merasa berdosa tidak bisa melayani dan merawatnya dengan baik. 

    Akhirnya setelah lima bulan menahan rindu, saya sudah tidak kuat lagi dan mengundurkan diri dari perusahaan karena ingin tinggal bersama Suami. Berkat kekuasaan Allah, saya tidak perlu membayar penalty sepeser pun dan kabar gembiranya lagi, Suami mendapat pekerjaan baru yang sesuai passion-nya dengan gaji yang cukup membiayai hidup kami berdua bahkan jika saya tidak bekerja. Alhamdulillah berani hijrah itu lebih baik daripada harus hidup terpisah. 

    "Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS.4:100)

    Setelah tinggal satu atap, kami menikmati masa-masa bulan madu yang indah, berkarya bersama sambil menyiapkan berbagai hal sebelum menimang buah hati. Kami juga berusaha menularkan kebiasaan baik, salah satunya ialah menabung. Sebagai generasi milenial yang dipengaruhi (jebakan) gaya hidup dan sosial media, sering kali menabung butuh tekad yang sangat kuat demi masa tua yang sejahtera. Saya beruntung menikah dengan Akang Suami yang sudah telaten menabung sejak kecil.

    Dari berbagai sumber

    Berdasarkan pengalaman di masa lalu, memiliki kondisi keuangan yang buruk itu sangatlah tidak enak, jangankan untuk beramal, buat diri sendiri saja masih kekurangan dan saya tidak mau mengulanginya lagi. Sekarang saya telah menjadi seorang Istri yang juga merangkap sebagai Menteri Keuangan Rumah Tangga, harus bisa amanah dalam menjaga harta Suami. Menabung memang butuh proses, dari yang awalnya gaji hanya lewat, seiring berjalannya waktu, tabungan saya di Bank kian menggendut bahkan pernah melebihi nominal yang ada di rekening Suami :). 

    Hasil dari rajin menabung mulai terasa, mau tanggal muda, mau tanggal tua, mood tetap terjaga. Sampai-sampai seorang teman bertanya, berapa uang yang ditabung (bukan berapa uang yang saya habiskan untuk belanja) sehingga bisa membuat saya selalu terlihat bahagia? Memang, saya merasakan bahwa memiliki tabungan juga bisa membuat perasaan bahagia. Saat orang tua sakit dan membutuhkan bantuan finansial kita bisa membantu, saat saudara-saudara kita tertimpa bencana, bisa segera kita tolong. Ternyata bahagia itu bukan hanya menyenangkan diri sendiri tapi juga membahagiakan orang lain. Bahagia itu semudah tangan memasukan uang koin setiap bertemu kotak amal.


    Tips menabung untuk generasi milenial


    Hari demi hari pun berlalu, hingga munculah pertanyaan dalam diri ini, apakah cara saya menabung sudah membuat hati tenang? tiba-tiba ada rasa gundah gulana di dalam dada, saya segera berdiskusi dengan Suami untuk mencari penawarnya. Kami membaca kembali terjemahan ayat suci Al-quran yang khusus membahas ekonomi syariah serta membuka buku-buku zaman kuliah yang ditulis oleh para pakar. 

    Saat kuliah dulu, saya memang mempelajari semua mata kuliah yang berhubungan dengan ekonomi dan perbankan Syariah, sehingga sering mendapat tugas lapangan ke berbagai Lembaga Keuangan Syariah, akan tetapi saya merasa ilmu yang di dapat masih sangat kurang. Saya juga belum paham tentang seluk beluk perbankan syariah yang sesungguhnya. Memang waktu itu Perbankan syariah sedang menjadi buah bibir dan banyak bank syariah yang baru berdiri. 

    Nah, setelah rajin menabung dan kepikiran sama ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah, ternyata cara saya menabung belum sesuai dengan sistem syariah. Terlalu banyak memikirkan tabungan membuat kami bingung dan tak kunjung untung. Akhirnya percayakan sepenuhnya pada qodar Allah, yaitu Al-quran dan Hadis shahih agar tenang dan energi dapat digunakan untuk memikirkan hal lain. Apalagi waktu itu saya sedang hamil anak pertama. 
    "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. 3:130)

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli al-hashah dan jual beli gharar. (HR Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab : Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi Gharar, 1513) 

    "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu" (QS.4:29) 

    Suami mulai membuka rekening Bank Syariah sejak awal tahun 2016 dan di penghujung tahun 2016 akhirnya saya menutup rekening di bank terdahulu. Saya mengikhlaskan bunga Bank dan memindahkan tabungan dengan membuka rekening baru di bank syariah.  Kami melakukan resolusi keuangan besar-besaran pada tahun 2017, salah satunya adalah dengan memutuskan berusaha menghindari riba dan gharar atau ketidakjelasan. 

    Berdasarkan keyakinan kami bahwa rezeki Allah itu maha luas dan pengalaman diatas, sebagai seorang muslim kita harus bersyukur atas adanya sistem perbankan syariah, karena kalau bukan kita siapa lagi? Inilah 5 alasan kenapa generasi milenial harus hijrah dan menabung:
    1. Generasi milenial memiliki potensi yang besar dalam memajukan ekonomi yang sesuai syariah agar hidup lebih berkah. 
    2. Generasi milenial tak hanya dikenal dengan kecenderungan budaya konsumtif akan tetapi juga bisa sangat produktif dan mau belajar membangun aset masa depan.
    Hasil berhijrah

    Setiap orang memiliki jalan hijrahnya masing-masing, ada yang dimulai dengan memperbaiki penampilan, tingkah laku, ibadah bahkan dalam menjaga kesehatan keuangan. Inilah momen saya dan Suami berhijrah dengan saling mengingatkan dalam kebenaran. Hijrah bagaikan sebuah perjalanan berkelanjutan seumur hidup untuk berani lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan. Itulah mengapa Islam dikatakan sebagai jalan hidup karena semuanya sudah diatur oleh Allah. Hasil yang kami rasakan setelah berhijrah adalah nikmat kesehatan, ketenangan batin, kemudahan rezeki, diberikan kesempatan berkarya dan berbagi ilmu baik di dalam maupun di luar negeri.

    Bagaimana nih, generasi milenial sudah siap berhijrah? Yuk, jangan ditunda lagi. 

    46 comments:

    1. Wah Mba San perjuangan pisan yah tapi sekarang sudah berbuah manis ya mantap Mba San semoga sehat selalu dan terus berkarya

      byw aku juga pengn buka di muamalat temen kantor dari dulu saranin buka xixixi

      ReplyDelete
      Replies
      1. Ayo mbak buka.. ads tabungan yang gada ptongannya mba hervaaa

        Delete
      2. Ayo mba bukanya gampang kok :)

        Delete
    2. Wuih keren banget emang muamalat🍓🍊
      Baru banget kemarin aku buka rekening tabunganku disana
      Semoga makin berkah ya kak sandraa

      Makasi infonya lebgkap bangett

      ReplyDelete
    3. Saya juga salah satu pengguna tabunganku d muamalat kak
      Semoga semakin berkah pas nabung s muamalt biar cepet bisa naik haji
      Makasi kak infonya bermanfaat

      ReplyDelete
      Replies
      1. Aamiin semoga bisa naik haji sejak muda kak

        Delete
    4. Wah bener yah di zaman serba matre ini, generasi milenial wajib menabung dan hijrah. Hijrah dari matre ke investasi😄😍

      ReplyDelete
      Replies
      1. Iya bu guru kita harus banyak nabung dan investasi buat masa depab gemilang ❤️

        Delete
    5. Besok ultah pernikahan donk ya.
      Aku pakai bank Muamalat udah 16 tahun tetap setia sampai sekarang

      ReplyDelete
      Replies
      1. Alhamdulillah makasih sharingnya mba

        Delete
    6. Wahh kyany recomended nih ya bank muamalat,,,apalagi ada program potongan untuk zakat,jd g bingung lg klo mau nylurin zakat,mkasihh infony sand brmanfaat pisan

      ReplyDelete
    7. Waktu masih tinggal di Semarang hingga Surabaya aku pernah punya tabungan di bank Muamalat dan menurutku gak banyak potongan seperti bank lain. Sayangnya di daerahku ini gak ada kantornya.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Wah semoga bank Muamalat membuka cabang di kota mba ya, aamiin

        Delete
    8. Wuih, makasih sharing pengalaman dan info tentang bank muamalatnya... Lengkap... Jadi pengen juga buka tabungan di bank muamalat...

      ReplyDelete
      Replies
      1. Ayo bunda, kebaikan jangan dinanti-nanti ❤️

        Delete
    9. Duh, diingetin lagi nih saya untuk segera Hijrah. Mudah-mudahan bisa segera. Biar yang konvensional untuk lalu lalang aja

      ReplyDelete
    10. Life quarter crisis aku mah sebelum 25 say haha kamu tau sendirilah ya.
      Semangat berkarya dan berhijrahnya Mamski, Insha Allah segala keinginannya dikabulkan Allah SWT :)

      ReplyDelete
    11. Aku kayaknya masih ada di fase life quarter crisis juga iniii, hihi... Suamiku juga punya mba tabungan di Muammalat. Dan abis baca ini jadi tertarik deh buat buka deposito juga di sana... :D

      ReplyDelete
      Replies
      1. Ayo kak, gampang kok deposito disana :)

        Delete
    12. Hihihi mami pertama kali aku baca postingan ini. Aku ngerasa langsung disuguhin adegan nyi iteung ama si kabayan. Soalnya nyunda banget panggilannya so swettttt 😍😍😍. Eh ngomong-ngomong aku juga nabungnya du bank muamalat juga lho biar tenang ya 😍

      ReplyDelete
    13. Penjelasannya lengkap teh. Wah saya jd tertarik buka deposito disana 😍

      ReplyDelete
    14. Masya Allah, di setiap ujian pasti ada hikmah tersendiri ya mba. Perjuangan yang tidak mudah tetapi Allah ganti dengan yang lebih baik... :)

      ReplyDelete
    15. Baca artikel cerita Sandra, jadi ingat masa-masa awal nikah, alhamdulillah ya Sandra, berjalan waktu sudah bisa stabil dan bersatu dengan suaminya, gudlak ya

      ReplyDelete
    16. Aih jadi pengen juga hijrah ke Bank Muamalat

      ReplyDelete
    17. Membaca kisah Teh Sandra dan suami, saya meuni terenyuh. Kalian sungguh kuat dan kompak melewati berbagai badai kehidupan. Alhamdulillah suami Teteh sejak dulu sadar menabung ya. Semoga tercapai semua impian kalian berdua. Amiiin....

      ReplyDelete
    18. Baca ceritanya mba saya juga ingin berhijrah secara total salah satunya dengan membuka tabungan hijrah di bank muamalat agar hidup menjadi lebih berkah :)

      ReplyDelete
      Replies
      1. Iya mba, bukan banyaknya tapi berkahnya ya❤️

        Delete
    19. Ketika kakak saya menikah beberapa saat yang lalu, banyak sih dana yang dikeluarkan. Untuk tempat, makan tamu, cetak undangan, honor hiburan dll.

      Setelah baca tulisan ini saya jadi ngeh. Iya ya, mending sederhana aja. Toh yang nikah kita, yang bahagia kita, orang lain sekedar turut mendoakan kebahagiaan kita.

      Jadi pengen hijrah jadi generasi milenial yang produktif

      ReplyDelete
      Replies
      1. Makasih sharingnya, bener lho nikah sederhana aja tapi investasi dimana-mana supaya pas punya anak ngga stress mikirin keuangan heheu

        Delete
    20. sebenarnya menabung di Bank Muamalat memang banyak kelebihanya, karena dulu juga pernah pakai, cuma karena pindah domisili dan di sini tidak ada ATM dan bank muamalat yang dekat akhirnya rekening engak keurus juga seh,

      ReplyDelete
      Replies
      1. Semoga bank Muamalat segera buka cabang dekat rumah, aamiin

        Delete
    21. Nabung dulu baru belanja,itu kunci bebas utang. Saya sepakaat :D

      ReplyDelete
    22. Udah lama tertarik buat ganti ke bank syariah, karena dengar cerita teman-teman yg lumayan banyak pake Muamalat. Ternyata produk yg ditawarkan Muamalat cukup banyak juga ya kak, tertarik pengen ikutan Tabunganku nih

      ReplyDelete
      Replies
      1. Iya kak Tabunganku ngga ada biaya admin, cuss ke Muamalat terdekat kak

        Delete

    COPYRIGHT © 2017 SANDRAARTSENSE | THEME BY RUMAH ES