Halo Ibu, apa kabar? Semoga senantiasa sehat dan bahagia dalam mengurus keluarga ya. Sebagai Ibu baru yang mengurus bayi tanpa bantuan Asisten Rumah Tangga atau Baby Sitter, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi saya dan juga Suami. Kami harus berbagi tugas mengurus pekerjaan rumah tangga yang seolah tak ada habisnya. Tak pelak kami pun jadi sering merasa tidak fit, karena kelelahan ditambah lagi perubahan cuaca membuat imunitas menurun sehingga mudah terserang flu, batuk bahkan cacar air.
Dulu Suami terkena cacar saat menyusun Skripsi, saya terinfeksi cacar air di usia ke 27 tahun, saat sedang menyusui bayi yang baru berusia dua bulan. Bayangkan, bagaimana rasanya Bu? Cacarnya sih tidak sakit, saya merasa seperti orang sehat karena begitu tahu terkena cacar, saya langsung berobat ke Dokter, meminum berbagai jenis obat yang diresepkan dan aman untuk Ibu menyusui sehingga lentingan tidak banyak dan mulai kering hanya dalam waktu satu minggu. Justru yang sakit itu adalah hati ini, saat itu saya merasa down.
Sehari dua hari saya masih sering menangis pada Suami, bagaimana dengan bayi kami? Itulah yang selalu ada dalam pikiran saya, takut bayi tertular cacar. Teman-teman mengingatkan saya untuk berhati-hati kontak dengan bayi karena imunitas bayi berbeda dengan orang dewasa. Apakah saya tetap menyusui? Ya, saya tetap mengASIhi sepenuh hati sambil berdoa agar bayi sehat dan kuat. Saya melakukan sounding setiap menyusuinya, baby G tersenyum seolah mengerti dan mengatakan "Tenang Mami, Gentra anak hebat!".
Kemudian siapa yang mengurus baby G saat saya cacar? karena Mama saya sedang di luar kota, jadi tidak ada yang membantu, semuanya saya lakukan sendiri karena Suami juga harus tetap bekerja. Dengan hati-hati saya memberanikan diri memandikan baby G, saya harus memakai masker, menggunakan sarung tangan karena ada lentingan di jempol kanan, saya takut lentingan pecah dan menyebar mengenai baby G. Belum lagi lentingan di sekitar payudara, saya harus berhati-hati setiap menyusuinya. Terpaksa saya pakaikan lagi sarung tangan pada baby G, jangan sampai tangannya yang aktif menggaruk lentingan itu.
Setelah menghabiskan obat dari Dokter, saya semakin sehat, namun apakah kondisi sudah aman? Belum Bu, karena kata Dokter masa inkubasi bisa lebih dari dua minggu sejak pertama kali terkena cacar, saat lentingan mulai kering, debu yang menempel dan berterbangan itu lah justru virusnya lebih cepat menular pada orang lain.
Total sekitar tiga minggu saya sangat rindu dengan baby G, begini ya rasanya mengurus anak sendiri tapi untuk sementara tidak bisa mencium, memeluk dan menghangatkannya. Saya cemburu karena tak ada yang bisa saya lakukan selain melihat Suami mencium, memeluk dan menggendong baby G sesuka hati.
Giphy |
Giphy |
Ibu tidak boleh sakit itu benar dan nyata adanya, ketika sakit pun harus hati-hati mengonsumsi obat-obatan karena sedang menyusui si Buah hati. Ketika masa inkubasi itu, Suami tertular flu dari teman kantornya dan memang di musim kemarau, udara Bandung sering terasa lebih dingin. Tak lama setelah Suami sembuh, baby G mulai memperlihatkan tanda-tanda terserang flu, yaitu hidung tersumbat, batuk di malam hari dan berat badannya sempat turun, Bu.
Saya yang saat itu belum 100% sembuh tidak boleh panik, saya harus tetap tenang, sebelum membawa baby ke Dokter Spesialis Anak, saya berkonsultasi terlebih dahulu pada Bidan, mencari solusi meredakan gejala flu tanpa harus minum obat dan tanpa ribet juga.
Karena sebenarnya anak itu bisa beberapa kali terserang flu dalam setahun dan gejala Influenza termasuk dalam kelompok self-disease, artinya penyakit yang dapat sembuh sendiri, tergantung pada daya tahan penderita. Walaupun tidak tergolong penyakit berbahaya, namun gejala influenza dapat mempunyai beberapa efek samping, misalnya kualitas tidur yang kurang baik, otomatis dapat memengaruhi kinerja Ibu di keesokan harinya. Gangguan kualitas tidur pada si Kecil dan Ibu karena si Kecil rewel akibat nafasnya tersumbat.
Transpulmin berbentuk cream yang bisa melegakan pernafasan, menghangatkan badan, meredakan nyeri punggung, sakit kepala dan sakit perut. Aromanya yang segar memberikan efek relaksasi dan anti-inflamasi.
Aturan pemakaiannya mudah, cukup oleskan Transpulmin di bagian dada, 2-4 kali sehari di punggung dan leher atau bisa juga di baringkan di pangkuan dengan posisi tengkurap menghadap ke bagian depan, tepuk punggungnya dengan lembut. Transpulmin Balsam juga dapat dihirup uapnya dengan cara memasukkan beberapa cm Transpulmin Balsam ke dalam 1 liter air panas lalu hirup uapnya.
Facebook Transpulmin |
Alhamdulillah dengan perawatan yang tepat, terus menyusui, menjemur baby G setiap pagi dan pemakaian teratur Transpulmin BB, Baby G sudah fit kembali keesokan harinya. Duh, kemana saja ya saya ini, kok baru tahu ada obat luar yang enggak harus diminum, terutama oleh bayi yang masih kecil. Sekarang saya selalu menyediakan Transpulmin di rumah dan dibawa kemanapun karena ukurannya yang travel friendly.
Main ke rumah Nenek di dataran tinggi harus bawa Transpulmin |
Transpulmin terbukti cepat meredakan gejala flu, lebih nyaman, mudah menyerap ke dalam kulit, tidak lengket dan berminyak. Transpulmin sangat sesuai untuk kulit bayi dan tidak menyebabkan alergi. Harganya juga bersahabat dan mudah di dapat di Apotek atau Supermarket terdekat.
Berkat Transpulmin, sekarang saya bisa kembali menjaga kehangatan keluarga. Terima kasih Transpulmin, kehangatan Ibu yang sesungguhnya! Bayi sakit? Jangan minum obat tanpa resep Dokter, Ingat Transpulmin dulu ya, Bu.
Update: Alhamdulillah sejak share tulisan ini, sudah 2 teman yang anaknya sakit bapil langsung membeli Transpulmin baby ;) cocok.