Halo Traveler, 9 Maret 2016 lalu bangsa Indonesia gegap gempita menyambut fenomena alam langka yaitu Gerhana Matahari Total yang menghiasi beberapa langit di Indonesia. Saat itu kita akan merasa sangat kecil dihadapan Tuhan semesta alam yang selalu membangunkan kita setiap pagi.
Karena Bandung tidak terjadi gerhana total jadi pagi itu setelah solat Gerhana, suami mengajak untuk jalan-jalan. Aku memang libur mengajar dan suami juga libur kerja karena bertepatan dengan tanggal merah hari Raya Nyepi.
Pukul 9 pagi kami berangkat dari Cimahi menuju Pangalengan, kami sebenernya nggak tau tujuan mau kemana dan ada apa aja di Pangalengan. Perjalanan menggunakan motor sekitar 2 jam, kami melewati Kabupaten Bandung yaitu Soreang, Banjaran dan jalan mengular menuju Pangalengan.
Setiba di Pasar Pangalengan kita akan melihat
KPBS yang terkenal itu, belok ke kiri kurang lebih 10 kilometer kita akan
sampai di Gerbang Perkebunan Teh Malabar, ada pertigaan jalan, kita pilih ke
sebelah kanan ya.
Menyusuri jalanan tersebut seperti berada di
Bandung tempo dulu, kurang lebih 2 kilometer di sebelah kanan jalan terdapat
Rumah Bosscha, disana kita membayar tiket yang murah hanya 5000 rupiah. Sayang
sekali pada saat kesana sedang ada acara jadi kita tidak diperbolehkan masuk.
Tapi tenang saja, suamiku jago memotret sehingga dari luar saja kita bisa
melihat barang-barang peninggalan Bosscha. Sepertinya semasa hidup Tuan Bosscha
orangnya sederhana, rumahnya biasa saja berarsitektur kolonial dan Bandung tempo doloe, tidak terlalu besar namun halamannya
luas, dimana-mana ada taman bunga. Sebelah kanan dibangun gedung serbaguna,
dibelakangnya ada beberapa cottage untuk menginap. Pengen deh suatu saat
menginap disana, menulis blog diiringi bintang menari di udara yang dingin dan
asri.
Kami puas berjalan-jalan di sekitar rumah,
sambil berfoto, makan snack di taman dan memasukkan kaki di depan sungai yang
airnya sangat bersih. Setelah beristirahat dan solat kami keluar lagi dari
perkebunan dan mencari Mie ayam, beruntung kita dapat Mie Ayam hijau pinggir
jalan yang harganya sangat murah yaitu 4000 rupiah, takutnya salah denger jadi
pake baso dan harganya jadi 10.000 saja. Setelah kenyang kita masuk lagi ke
perkebunan dan mengunjungi hutan teh bibit. Disana pohon teh dibiarkan
menjulang tinggi, tempat ini biasa digunakan untuk piknik keluarga dan Camping
Ground, disini juga tersedia toilet. Oia masuk kesini kita cukup bayar
5000 rupaih saja per orang.
Lanjut lagi ke makam Bosscha dan kita tidak
perlu bayar karena sudah bayar di hutan teh bibit. Makamnya sangat indah, dikelilingi taman dan
pohon tinggi besar, ditengah-tengah perkebunan teh.
Karena hujan rintik-rintik, kami berteduh dulu
di tempat pengiloan teh. Karena Ibu-ibu pemetik sudah pulang, jadi banyak pula
yang berteduh. Hujan ringan di perkebunan dataran tinggi seperti ini tidaklah
lama. Kami jalan-jalan sebentar ke perkebunan sebelah kiri dari pintu gerbang.
Indah sekali pemandangannya. Banyak keluarga yang turun dari mobil untuk
mengabadikan moment. Setelah puas, kami pulang ke Bandung dan meneduh dulu di
Warsu alias Warung susu, kami pesan susu coklat mint dan suami pesan susu rasa
kopi, macaroni panggang yang harganya serba 7500. Sekalian beli oleh-oleh
permen caramel, kerupuk susu dan dodol susu yang harganya sepuluh ribuan saja.
Hujan tak kunjung reda, karena hari sudah sore
kami memakai jas hujan ke Bandung karena takut kebanjiran, next kami ingin
mengunjungi agro wisata lainnya di perkebunan the Malabar seperti pabrik teh
Malabar, gunung nini dan pemandian air panas. Walaupun hujan-hujanan tapi aku seneng banget, hampir setiap petuga disana menawarkan jasa Pre Wedding hahah post wedding kali yah.
Fakta Unik Perkebunan Teh Malabar:
1. Fyi, perkebunan teh Malabar merupakan perkebunan teh terluas ketiga
di dunia yang ditemukan oleh K.A.R Bosscha. Disini kita bisa melakukan
tea walk, bersepeda dan melihat Ibu-Ibu pejuang yang memetik teh setiap
pagi.
2. Selain pemandangan cantik kebun teh, kalian juga bisa piknik atau camping di Hutan teh bibit, dimana pohon-pohon teh dibiarkan tumbuh menjulang tinggi.
3. Kita bisa mengenang Bandung tempo dulu dengan menyusuri jalan menuju rumah Bosscha yang dibangun pada 1826, didalamnya terdapat barang-barang peninggalan Bosscha yang masih terawat hingga kini.
4. Bosscha adalah seorang arsitek brilian yang berjasa pada kota Bandung karena telah merancang ITB, Gedung merdeka dan Observatorium dengan lensa tercanggih pada masanya. Makam Bosscha bisa dikunjungi di tengah perkebunan teh, ditempat tersebut biasanya beliau juga bertiterah sehingga kita bisa melihat karyanya sekarang. Aku ga bisa ngebayangin jarak yang ditempuh Tuan Bosscha dari Pangalengan ke Lembang. Katanya beliau meninggal terjatuh dari kereta kuda, dan terkena tetanus.
4. Perkebunan teh ini juga dikelilingi gunung-gunung seperti gunung Windu dan gunung Nini serta kolam pemandian air panas bernama Tirta Camellia.
5. Terdapat sekolah dasar peninggalan zaman Belanda yang dikelilingi perkebunan teh dan sekarang sudah menggunakan panel surya sebagai pengganti tenaga listrik katanya sih donasi dari Jepang.
6. Disini terdapat Pabrik pengolahan teh Malabar yang sudah terkenal menghasilkan teh terbaik dengan kualitas eksport.
Sekian dulu jalan-jalan dari kami
ya see you!