• 12.9.18

    Ruang untuk Berkarya


    Dear good people, siapa yang rumahnya selalu bersih, rapi dan kinclong? Yang pasti saya belum bisa seperti itu karena saya belum bisa telaten yang namanya beres-beres rumah. Jadi kalau ada voucher gofud atau goklin, saya akan minta voucher goklin haha. Inget waktu belanja di pasar, ada seorang Ibu yang bingung mau masak apa karena anak-anaknya doyan nge-gofud hmmm saya malah kangen banget masakan mama, maklum meskipun gofud itu enak dan praktis tapi saya yang introvert tapi cenderung ambivert juga sih lebih suka masak daripada beres-beres rumah haha. 

    Waktu kuliah, sahabat saya yang jebolan Pesantren itu lemari bajunya rapi banget banget, katanya teknik beresin baju itu diajarin dari zaman beliau pesantren. Duh, kalau saya kayak gitu bakal dipuji habis-habisan sama orang tua. Secara rumah orang tua itu selalu bersih dan rapi. Mama saya itu orangnya extrovert suka Beres-beres, saking perfectionist-nya, sampe stress sendiri kalau ada yang gak rapi, cape kan ya. Pas datang ke kediaman kami pun, bukan hal aneh lagi kalau kami di protes karena nggak bisa beres-beres. 

    Sebenarnya, kehadiran Gen yang makin aktif, suka penasaran mengambil barang dan kami harus mengamankan barang tersebut ke atas lemari yang tak terjangkau oleh Gen bukan alasan ruangan jadi makin amburadul. Siapa sih yang nggak mau rumah selalu bersih dan rapi? Tapi kami juga nggak mau sampai stress yang mengakibatkan "playground"  Gen jadi terbatas. Jadi, kapan beresnya nih? Ya, sesempatnya saja, yang penting, aman, di sapu beberapa kali setiap hari, di pel beberapa kali seminggu biar bersih. Soal peletakan benda yang masih abstrak kelihatannya biarkan menjadi ciri kalau rumah kami dihuni juga oleh langkah mungil tak berdosa. Toh, suatu saat nanti ada waktunya kami mengajak anak beres-beres bersama, sekarang saja Gen sudah bisa disuruh dan merapikan mainannya sendiri, yeay.

    Kami memiliki mimpi kalau punya rumah itu harus ada ruangan untuk berkarya. Sudah tiga kali pindah-pindah ruang Seni untuk impian kami membangun Sekolah Seni. Tapi karena saya hamil dan punya anak juga suatu hal tak terduga, akhirnya ruangan Seni itu tidak ada lagi, sedih sih karena kami sudah mengularkan uang, tenaga, serta waktu. Yang paling saya pikirkan adalah perasaan Suami. Hidupnya di musik, harus ada ruangan untuk menyimpan alat musiknya yang tidak seenteng alat untuk melukis dan menggambar. Itulah alasan kenapa saya masih disini, karena yang saya pikirkan hanya bagaimana Suami berkarya. Biarlah saya menjadi Istri solehat, yang penting Suami bisa sukses dan bahagia bersama mimpi-mimpinya.

    Saya tidak menggambar dulu nggak apa-apa karena menyusui Gen hanya dua tahun, sedangkan berkarya bisa dimulai kapan saja. Ada dua teman Instagram saya yang merupakan Dokter yang sudah memiliki dua anak, beliau-beliau ini tidak praktik, malah jadi Supir pribadi dan Ibu rumah tangga saja, kemudian saya minta tips berkarya untuk Emak-emak seperti saya dan saya mendapat nasihat agar menikmati masa-masa uyel-uyel sama anak, apalagi anak lelaki yang sudah gede mana mau di uyel-uyel Maminya, hihi iya juga ya. Toh beliau pun kini bisa melukis setiap hari karena telah melewati masa uyel-uyel bersama anak sampai puas sekali. 
    Kini semuanya kembali ke titik nol, beres-beres lagi. Bagaimana caranya agar alat-alat musik tersebut berbaur bersama ruangan nonton, tempat Gen main dan dapur, hidup kayak Bule lah, di luar negeri juga kayak gini, tinggal di flat sempit hehe. Iya, kami punya tiga ruangan yaitu kamar tidur, ruang tengah untuk menonton dan dapur serta taman yang menyatu dengan tempat cuci-cuci. Kemarin akhirnya ide untuk menyetel Keyboard dekat rak buku teralisasi. Sayang saja kalau Keyboard nggak dipakai, saya kan ingin banget bisa main Keyboard agar nanti kalau Papi main Angklung keliling dunia, saya bisa ikut mengiringi, aamiin. Dengan adanya Keyboard, memudahkan Gen untuk belajar musik, entah dia akan jadi Pianis seperti Joy Alexander atau tidak, kami ingin menstimulasi kecerdasan musikal nya agar Gen bisa memainkan alat musik sejak dini. 



    Setelah membereskan alat musik, ruangan kami terasa semakin luas meskipun belum instagenic karena rak buku yang menampung perintilan alat gambar saya belum dibereskan. Rencananya kami akan menyumbangkan buku-buku tersebut agar dibaca orang, lebih baik buku lecek dibaca daripada rapi nggak ada yang baca. Gen juga seneng banget bisa main Keyboard. Gen memang memiliki minat sih pada musik. karena kalau diajak ke Toko mainan pasti mintanya Gitar, padahal di rumah juga sudah ada.  


    Semoga Gen mau belajar seni sama Mami Papinya ya soalnya tantangan banget nih. Biasanya anak kan agak susah ya latihan sama orang tuanya sendiri, banyak lho murid gambar saya itu anak Dosen Arsitektur atau pernah kuliah Desain Komunikasi Visual. Setelah berpikir, saya jadi yakin kalau ruangan untuk berkarya itu adalah diri sendiri. Mau ruangan besar, mau ruangan kecil, berkarya itu kita yang ciptakan. Apalagi di zaman digital seperti sekarang, ruang untuk pamer karya di dunia virtual semakin terbuka lebar, tinggal mau atau tidak nya saja. 

    Sekarang setelah makan malam, kami akan quality time, bermain musik bersama Gen, mobile blogging saat Gen tidur saja biar nggak kepo sama hp hehe. Ternyata main musik itu susah ya, salut banget sama Orang tua yang nge-les-in anaknya walau agak maksa, tapi percayalah Nak, memiliki banyak skill akan membuat kamu survive di dunia ini. Cerita saja, Suaminya Vika Ratu Tips itu waktu TK di les-in Piano sama Orang tuanya, cuma sebentar tapi sampai sekarang beliau bisa bermain musik, lulus dari ITB pula. Kalau Suami, sama seperti saya tidak di les-in sama orang tua karena pola pikir orang tua waktu itu berbeda dengan kita sekarang, jadi bakat kami memang gift dari Tuhan. Sekarang Suami bisa mengajar privat musik anak di Bandung Barat - Cimahi sampai melatih Angklung anak PAUD sampai para Pejabat. Bila teman-teman yang berminat les musik tanpa grade, silakan hubungi saya atau Ringga Hardika ya. Selamat beres-beres rumah, jangan menua tanpa berkaryađź’› dan apakah di rumah kalian ada spot khusus untuk berkarya?. 

    Read more :

    10.9.18

    Kenalan dengan Kodomo Challenge


    Dear Smart parents, kali ini saya akan membahas tentang Kodomo Challenge yang terkenal dengan Tokoh Shimajiro nya itu. Awalnya saya bingung, ini apaan sih? Sering muncul sebagai iklan di timeline sosial media saya hehe. Kodomo yang berasal dari bahasa Jepang, artinya anak-anak, membuat saya penasaran, ini program edukasi untuk anak? Oh, ternyata awalnya dari Benesse. Yuk, baca sampai tuntas, semoga bermanfaat ya! 

    Benesse adalah perusahaan pendidikan nomor satu di Jepang. Benesse bekerja sesuai dengan filosofi perusahaan, yakni dari kata “Benesse” itu sendiri yang berarti well-being. Benesse memiliki beragam bisnis yang bergerak di bidang edukasi, bahasa, gaya hidup, dan perawatan terhadap lansia, serta selalu berusaha membantu setiap konsumen agar dapat meningkatkan motivasi untuk belajar dan memecahkan setiap masalah dalam hidup mereka. Selama lebih dari 60 tahun sejak didirikan pada 1955, Benesse telah menghimpun pengetahuan mengenai pendidikan dan menyediakan berbagai layanan, serta senantiasa mendekatkan diri dengan pelanggannya.

    Program edukasi Benesse untuk perkembangan anak usia dini yaitu, Kodomo Challenge, pertama kali didirikan pada tahun 1988 di Jepang, dan telah dipercaya oleh lebih dari 2 juta keluarga di Asia. Setelah Jepang, Taiwan, Tiongkok, dan Korea Selatan, kini Kodomo Challenge hadir di Indonesia. Paket pertama Kodomo Challenge dapat dinikmati di bulan Juli 2018 dan setiap bulannya akan dikirimkan paket bersi buku bergambar, mainan edukasi, DVD atau video edukasi, serta buku panduan orang tua.


    Shimajiro Club Indonesia menyajikan informasi lengkap seputar program edukasi anak usia dini, Kodomo Challenge, kumpulan artikel parenting, serta ide permainan edukasi anak. Kodomo Challenge adalah program edukasi berlangganan dengan materi yang dikirim ke rumah setiap bulannya, yakni berupa buku bergambar, mainan edukasi, DVD atau video edukasi, serta buku panduan orang tua. Kodomo Challenge dipersiapkan untuk membantu tumbuh kembang anak, serta mendukung peran orang tua dalam pendidikan anak usia dini.

    Metode pendekatan “multi-platform”, yang membuat pengertian anak lebih mendalam dimulai dari media favoritnya, baik itu DVD, buku, maupun mainan. Memulai pembelajaran lewat media yang disukai akan memicu ketertarikan anak terhadap program dan kurikulum Kodomo Challenge, serta menghasilkan pengalaman yang menyenangkan.


    Testimonial:
    Awalnya saya melihat status WA Agita, beliau dapat trial kit Kodomo Challenge, saya mencoba daftar dan dapat juga tuh Buku cerita bergambar dan dvd untuk anak usia 1-2 tahun. Saat dicoba, Gen belum tertarik dan belum mengerti maksud buku bergambar tersebut. Padahal isinya bagus dan menarik karena halaman full colour yang bisa dibuka atau dibolak-balik secara kreatif.

    Untuk DVD sendiri, Gen sudah tertarik berjoget saat ada musik, isi DVD nya sama dengan yang ada di buku. Tapi ya, setelah menonton Gen tidak kecanduan nonton DVD karena memang sudah dibiasakan untuk no screen time before 2yo. Paket trial tersebut kini saya simpan di rumah Nenek Gen, sebagai hiburan yang mendidik untuk Gen. Apakah setelah mendapat trial kit saya akan berlangganan? Untuk saat ini belum ya karena Gen belum tertarik dan harga yang ditawarkan bahkan setelah diskon pun masih mahal, sebulan bisa Rp 400.000-an. Isi paketnya bermacam-macam, ada tas, boneka Shimajiro sebagai icon Kodomo Challenge, mainan sesuai usia, buku cerita bergambar dan DVD.

    Kodomo Challenge juga rajin mengadakan event di Mall berbagai kota. Kami belum pernah ikut karena biasanya akhir pekan ingin lebih santai dan jalan-jalan saja hehe. Oke, sekian pengalaman singkat Gen bersama Kodomo Challenge, apakah ada pengalaman berbeda? Mungkin bisa sharing di kolom komentar ya. Terima kasih telah berkenan membaca.


    Referensi: www.shimajiro.id

    Baca juga:

    8.9.18

    Mengintip Pendopo dan Naik Bandros Keliling Kota Kembang


    Dear Travelmate, Sabtu pekan lalu pagi-pagi kami sudah menyelesaikan pekerjaan rumah, karena saya dan Gen akan menepati janji untuk bermain ke rumah Abang Zulmi yang tak lain adalah putra Sahabat SMK saya Fitri. Sekitar jam setengah dua siang, Papi menjemput kami untuk jalan-jalan ke Bandung. Memang sih macet dan mendung, tapi kalau balik lagi juga tanggung. Akhirnya gerimis mulai menyapa dan kami segera parkir di Grand Yogya Kepatihan, sambil menunggu hujan,  saya belanja buah, yogurt dan Totole karena kaldu untuk Gen sudah habis. Setelah istirahat, mengganti diaper Gen dan hujan telah reda, kami berjalan menuju Pendopo kota Bandung Jl. Dalem Kaum no. 56, yang merupakan rumah dinas Walikota Bandung.



    Sebenarnya sudah sejak tahun 2017, Pendopo ini dibuka untuk umum, tapi baru kesampaian sekarang nih hehe. Pendopo buka dari jam 9 sampai jam 4 sore hanya di akhir pekan, setelah menyerahkan 1 buah KTP asli (KTP baru saya belum jadi sudah 4 tahun euy!) kami berkeliling taman di depan Pendopo yang asri dan beraroma petrichor.

    Kami tidak masuk ke Pendopo sih karena sepi banget, maklum hari sudah sore dan saat itu pengunjungnya hanya ada kami saja, hmmm dunia serasa milik bertiga deh haha. Gen seneng banget jalan-jalan disini, bisa melihat ikan di kolam air mancur dan burung-burung yang berterbangan. Saya langsung membuka alas kaki dan earthing, ahhh leganya ketika kaki menginjak rumput yang basah karena air hujan, segar dan dingin sekali, seolah me-recharge diri dari kepenatan tugas duniawi haha.












    Setelah puas berkeliling, kami pamit pulang pada Petugas Security. Tepat di seberang Pendopo, adalah Alun-alun kota Bandung, beberapa Bis Bandros (Bandung Tour On Bus) yang merupakan Bis wisata, sedang parkir dan menanti penumpang, hmmm kebetulan banget nih, waktu pengen naik Bandros selalu penuh, sekarang ada di depan mata, keliling Bandung yuk! Jam empat sore kami naik Bandros, harga tiketnya Rp 20.000/orang, lama perjalanan satu setengah jam.

    Bandros ini warna-warni lho dan trayeknya berbeda-beda. Kami naik Bandros hijau ke area Gasibu. Beruntung banget duduk di seat kedua karena saat melewati jalan Braga, hujan mulai turun dan sepanjang perjalanan hujan deras banget, penumpang yang ada di depan dan yang di belakang pasti terciprat air hujan. Jalanan yang asalnya macet banget tiba-tiba lancar jaya karena pengendara motor banyak yang beteduh, alhasil perjalanan terasa sangat singkat, sejam kemudian sudah kembali lagi ke Alun-alun kota Bandung. Pak Supirnya seperti Supir Bis Damri deh, kurang santai kayak ngejar setoran hehe lupa ya kalau ini Bis wisata.







    Oh ya, ekspektasi saya dulu kalau naik Bandros tuh ingin di tingkat dua tapi gegara ada korban jiwa yang sedang selfie terlilit kabel listrikđź’” maka Bandros sempat tidak beroperasi dan sekarang kembali dengan penampilan baru, tidak ada bis tingkat lagi demi keamanan. Kemudian saat melihat orang lain naik Bandros, ada Pemandu wisatanya yang berceloteh lucu, kemarin tidak ada dong, tapi ya sudah lah yang penting nggak penasaran lagi naik Bandros Keliling kota kembang. Gen happy dengan pengalaman baru nya, sampai Boss cilik ini ketiduran di Bandros hehe.


    Saya bersyukur banget, Suami masih bisa mengajak saya dan Gen jalan-jalan di akhir pekan. Karena kalau dengar cerita Tetangga, sungguh miris, jangankan untuk jalan-jalan, untuk makan saja susah atau ada juga Suami yang malas mengajak keluarga jalan-jalan. Sekarang jalan-jalan juga nggak perlu bingung sih, bisa ke taman kota dengan playground gratis yang penting anak senang dan Mami nggak jenuh haha. 

    Musim panas sudah puas banget jalan-jalan mulu, sekarang sudah mulai masuk musim hujan, saatnya menabung dan memperbanyak karya lagi demi menggapai masa depan gemilang, keliling dunia bersama Belahan jiwa dan Penyejuk hati! Aamiin. 

    Read more:

    7.9.18

    Pengalaman Mengobati Gatal dan Bentol Pada Anak


    Dear wonder Moms, apa kabar? Semoga kita semua senantiasa sehat dan sabar dalam mengurus Belahan jiwa serta Penyejuk hati, ya. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman mengobati gatal dan bentol pada anak. Sejak Gen masih bayi, dia lumayan sering sih mengalami bentol yang menyebabkan gatal, pilu saja kalau digaruk saat kukunya panjang, bisa lecet kan. Biasanya hal tersebut ulah Si Nyamuk nakal, kebetulan kami juga punya taman, jadi pasti ada Serangga yang hidup disana. Apalagi sekarang Gen sudah bisa jalan, explore taman setiap hari deh. Ada tiga "obat" yang pernah dicoba, simak terus ya!


    Yang pertama saya temukan di kotak obat rumah adalah Zam-Buk. Zam-Buk merupakan obat salep tradisional yang mengandung Camphor dan Eucalyptus oil untuk mengobati luka memar dan iritasi kulit seperti gatal-gatal yang disebabkan oleh gigitan serangga. Selain itu Zam-Buk juga dapat mengurangi rasa nyeri pada luka lebam, luka gores dan luka bakar, serta dapat meredakan nyeri akibat terkilir ataupun keseleo.


    Cara pakai : 
    Digosok agak ditekan pada bagian yang sakit. 


    Peringatan dan perhatian :
    Tidak digunakan untuk anak dibawah 2 tahun, jangan digunakan langsung dibawah lubang hidung. 

    Harga Rp 40.000/25 gram


    Selanjutnya adalah Caladine Lotion, sudah tidak asing lagi kan Moms? Lotion ini diklaim dapat mengobati gatal karena biang keringat, udara panas, gigitan serangga. Juga dapat berfungsi sebagai anti-alergi, antiseptik dan penyejuk kulit.


    Cara pakai: 
    Bersihkan bagian kulit yang gatal lalu oleskan Caladine Lotion 2 - 4 kali sehari. Sebaiknya digunakan sehabis mandi pagi dan sore hari.

    Komposisi: 
    Calamine, Zinc Oxide, Diphenhydramine HCl. 


    Harga pada label eceran tertinggi: Rp 15.000 tapi saya beli Rp 18.000/60ml di Minimarket sebelah rumah, huhu.

    Yang terakhir adalah Purekids Itchy Cream. Dari website Purekids Indonesia, saya mendapatkan informasi bahwa Gatal adalah sensasi kulit yang memicu reflex untuk menggaruk area tertentu pada tubuh. Penyebabnya bisa bermacam-macam, dari kulit kering hingga yang di akibatkan dari beberapa penyakit atau bentol yang di akibatkan oleh gigitan/sengatan atau nyamuk yang bisa menimbulkan gatal yang berakibat peradangan pada kulit.


    Kandungan yang terdapat pada Itchy Cream merupakan bahan alam yaitu :
    1. Oat Kernel : Bantu meredakan gatal, menenangkan kulit serta menyejukkan kulit dan melembabkan kulit.
    2. Cajuput Oil (minyak kayu putih) : Sebagai antiseptik alam yang membantu menghilangkan dan cegah bakteri juga sebagai pereda inflamasi.
    3. Calamine : Berfungsi untuk bantu redakan gatal bentol, perih dan tidak nyaman pada kulit. Bisa juga bantu redakan peradangan kulit (inflamasi) & bantu hilangkan bakteri.
    4. Chamomile : Berfungsi sebagai anti inflamasi (anti peradangan) membantu proses penyembuhan luka akibat gigitan serangga dan membantu meredakan bentol. Selain itu juga berfungsi melembabkan kulit dan bantu hilangkan bakteri.
    Cara pakai:
    Oleskan pada bagian yang gatal, ulangi bila perlu. 

    Harga Rp 25.000/10gr.


    Diantara Zam-Buk, Caladine Lotion dan Purekids Itchy Cream, manakah yang lebih baik dalam mengobati gatal dan bentol pada anak?

    Oke, semuanya Travel friendly ya, yang pertama akan dibahas terlebih dahulu tentang Zam-Buk, Zam-Buk dikemas dalah wadah bulat bernuansa hijau, Zam-Buk yang saya miliki made in Thailand, isinya berwarna hijau army dan tekstur nya persis seperti salep untuk orang dewasa, wangi khas salep/balsam yang lengket dan agak susah meresap. Pernah sekali saya coba pada Gen, bentol di hidungnya tidak langsung hilang dan saya khawatir karena ternyata komposisinya mengandung Camphor. Apalagi Gen belum genap dua tahun, jadi saya hentikan pemakaian. Dari soal harga Zam-Buk ini paling mahal dan harus membeli secara online, takut dapat barang palsu juga. Kemasan seperti itu kurang higienis, saat mengoleskan, tangan harus bersih, ya. 


    Kemudian yang kedua adalah Caladine Lotion yang bernuansa putih ungu ini paling mudah ditemukan bahkan di Minimarket sebelah rumah. Harganya juga paling murah, wanginya enak, ada sensasi dingin dan teksturnya cair berwarna merah muda, saat digunakan cepat kering tapi membekas, jadi kalau bentolnya banyak, totol-totol deh. Memang harus hati-hati ya soalnya kan encer banget, jadi ketika aplikasi sering mbeleber kemana-mana dan katanya masih mengandung camphor penyebab iritasi pada kulit bayi atau anak.

    Perlu beberapa hari untuk menghilangkan bentol di jidat Gen. Belum diketahui boleh digunakan anak usia dua tahun atau tidak. 


    Ketiga saya mencoba Purekids Itchy Cream, pernah membaca review-nya di Blog Teh Rany Yulianti, saya juga baru ingat kalau saat membeli Purekids Inhalant Decongestant Oil, saya mendapatkan bonus Itchy Cream. Tapi saya bingung nih, di kemasannya tertulis kalau Itchy Cream itu untuk anak dua tahun keatas. Kemudian saya bertanya langsung pada Purekids, ternyata bisa digunakan oleh anak saya karena sudah setahun lebih.

    PureKids Itchy Cream dikemas seperti pasta gigi, saat dikeluarkan, krim nya berwarna salem, wanginya alami tapi lembut, teksturnya creamy tapi ringan dan sangat mudah meresap sehingga saat dioleskan ke kulit yang bentol, seperti tidak memakai krim dan hebatnya lagi, dalam beberapa jam, bentolnya hilang! Kebetulan kemarin baru turun hujan memulai bulan September, saat Gen main di taman, pasukan Nyamuk asyik berkembang biak, Gen kena gigitan di belakang telinga. Saya langsung oleskan Purekids Itchy Cream, tidak terlihat sedang di "obati" ya? Alhamdulillah sekarang bentol merahnya sudah hilang. 


    Akhirnya saya mencari tahu alasan kenapa harus pakai PureKids Itchy Cream?
    PureKids Itchy Cream tanpa menggunakan bahan Camphor (kamper/kapur barus yang dapat menyebabkan iritasi kulit), sehingga PureKids Itchy Cream di gunakan pada anak yang memiliki kondisi kulit sensitive sangat cocok karena tidak akan menimbulkan reaksi alergi.

    Oke, jadi sekarang kalau ditanya Gen pakai apa kalau gatal atau bentol? Gen pakai Purekids Itchy Cream yang tinggal oles tanpa repot. Purekids Itchy Cream bisa Mommy beli di Online Shop atau Baby shop terdekat. Sekian battle review jujur kali ini, semoga bermanfaat ya! Terima kasih telah membaca. 

    Baca juga yuk! 

    6.9.18

    Menyusuri Hutan Kota Babakan Siliwangi Bandung


    Dear Travelmate, dulu waktu hamil 7 bulan, saya dan Suami jalan-jalan ke Teras Cihampelas (yang lebaran kemarin jadi agak kumuh dan tamannya pada kering/mati)  dan Babakan Siliwangi yang belum rampung kini sudah diremikan. Beberapa minggu lalu kami mengajak Gen untuk jalan-jalan ke Hutan Kota Babakan Siliwangi. Seneng deh melihat anak sudah bisa jalan, tapi tingkat kewaspadaan juga harus meningkat! 



    Babakan Siliwangi atau yang dikenal disingkat dengan Baksil adalah salah satu kawasan hutan kota di Bandung, tepatnya berada di Jalan Tamansari, Kelurahan Babakan Siliwangi, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Jembatan Forest walk Babakan Siliwangi sepanjang 2km ini diklaim menjadi yang terpasang se-ASEAN, keren ya?. 


    Rasanya jalan-jalan ditengah hutan kota seperti ini adem ayem saja, meskipun siang hari matahari musim panas bersinar terik. Hal-hal yang saya sukai dari Babakan Siliwangi ini adalah:
    1. Bisa menjadi alternatif liburan gratis, cukup bayar parkir Rp 3.000 saja. 
    2. Green never fails buat tempat foto-foto bahkan prewedd
    3. Liburan lebih sehat karena jalan kaki sambil menghirup oksigen yang melimpah. 
    4. Mengajari anak untuk mencintai ciptaan Tuhan dan menjaga kebersihan lingkungan. 
    5. Jembatan dibuat dengan tetap melindungi pohon-pohon yang sudah lebih dulu tumbuh.
    6. Kalau laper? Bisa ke kantin Sabuga di bawahnya atau bekal Piknik, bisa ngadain acara komunitas juga lho disini. 



    Hal yang kurang saya sukai adalah masih saja banyak yang merokok! Memang ada petugas yang menegur, tapi kalau bocah-bocah merokoknya di areal yang sepi kan nggak ketahuan dan sampah yang bertebaran meskipun sudah ada tong sampah. Yuk, nikmati anugrah Tuhan ini dengan merawat hutan di tengah kota Bandung tercinta. Oke, sekian cerita jalan-jalan kami, tunggu petualangan selanjutnya ya! 

    Read more:
    COPYRIGHT © 2017 SANDRAARTSENSE | THEME BY RUMAH ES