• 4.5.19

    Pantai Batu Karas itu bagus nggak ya?


    Dear Travelmate, sebenarnya judul ini lebih cocok dibilang mudik sambil piknik sih. Jadi, itu entah kenapa saya merenung (halah) tentang traveling. Kok selama ini saya lebih banyak mikirin traveling buat diri sendiri ya? Saya sempat candu dan nggak mikirin value buat apa traveling? Ada beban bepergian yang belum lunas yaitu ngajak keluarga mudik ke kampung halaman Mama. Karena disana masih ada Nenek saya dan rasanya ingin sekali mempertemukan Gen ke Mak Uyut, mumpung Gen masih punya Buyut.

    Pas ada long weekend bulan lalu, tiba-tiba saya langsung ngajakin sekeluarga buat mudik. Saya merogoh tabungan sendiri untuk membiayai perjalanan tersebut dan rasanya puas dan lega banget. Dengan ngajak keluarga mudik, saya mengikis ego untuk nggak mikirin bepergian untuk diri sendiri saja. Masak bulan madu ke Jogja, ke Bali, ke Belitung, tapi mempertemukan Gen dengan Buyutnya saja ogah-ogahan? Apalagi kalau berhasil memberangkatkan Ortu Umroh atau Haji kali ya, pasti rasanya senang banget. Ngajak keluarga mudik aja dulu, biar nanti kalau Umroh dan keliling dunia udah nggak ada beban lagi,  bebassss. Mudik nggak wajib nunggu lebaran kan? Nggak harus nunggu THR cair kan? Yang penting ada uang, berangkat tanpa macet, tanpa mahal dan menikmati tanpa buru-buru. 

    Terakhir mudik itu tahun 2010, buset udah lama bangettttt. Kami berangkat Jumat dini hari menggunakan kendaraan roda empat, tujuan pertama kami adalah piknik dulu ke Pantai Batu Karas di Cijulang, selatan Jawa Barat. Saya emang udah terobsesi pengen ke Batu Karas sejak dulu kala, karena terlanjur bosen banget sama keriuhan pantai Pananjung Pangandaran. Sejak kecil kalau mudik pasti mainnya ke Pangandaran. Pernah tuh saking betenya, saya nekad naik perahu sendirian karena pengen banget lihat yang namanya pasir putihnya Pangandaran. Dua tahun setelahnya saya menjelajahi kepulauan Karimun Jawa yang udah kayak miniatur Raja Ampat-nya pulau Jawa, juga Maladewa juga (kayak yang udah pernah ke Maldives aja lol), ah pokoknya crystal clear water dimana-mana.

    Saat sholat Subuh berjamaah di Masjid terkenal di Tasikmalaya, sandal Mama diambil orang, buset cepet banget itu Maling, padahal bukan sandal bagus. Saya sekarang baru percaya jika Maling sandal itu beneran ada haha. Kami melanjutkan perjalanan, saat mulai menuju Pantai Pangandaran, jalanan berkelok-kelok membuat saya pusing dan ingin muntah dan untung nggak muntah di mobil. Emang sih katanya Pangandaran terbaru lebih tertib tapi karena udah pernah jadi pengen ke Pantai Batu Karas aja yang ternyata masih 30 km dari pantai Pangandaran, masih jauh pemirsa, ibarat dari Bandung menuju Gunung Tangkuban Parahu. Jalannya mulus jadi jam 9 akhirnya kita udah sampai di pantai Batu Karas yeay!


    Saat memasuki Gerbang Pantai Batu Karas, kami membayar Tiket Rp 50.000 untuk mini bus dan tambahan Rp 15.000 untuk Asuransi serta retribusi kalau nggak salah. Jadi total tiket masuk Pantai Batu Karas per April 2019 adalah Rp 65.000. Jika dibandingkan dengan pantai-pantai di Karimunjawa, Bali dan Belitung yang lebih pantai perawan, tiket masuknya jauh lebih murah dan gratis. Ya, saya berharap sih jika tiket masuk ini juga berkontribusi pada peningkatan fasilitas wisata dan kesejahteraan masyarakat lokal. Emang sih tempat wisata di Jawa Barat relatif lebih mahal dibandingkan dengan yang lain, masih belum sepadan sama UMK nya tapi karena provinsi termaju dengan akses jalan yang lebih baik mengingat Pantai nya orang Bandung jadi terasa lebih mahal.


    Asa teu pantes eta motor parkir didinya, jang naon aya tulisan

    Tidak ada penunjuk jalan yang diarahkan kami harus parkir dimana dan sebelah mana pantainya. Setelah belok ke arah kanan, akhirnya mulai terlihat hotel-hotel, lalu ditemukan sang pantai yang dirindukan. Di depan pantai Batu Karas, ada parkiran yang sudah mulai dipadati wisatawan, kami parkir dan sarapan dulu. Setelah itu baru deh main ke Pantai. Sekilas tentang Pantai Batu Karas ingatkan saya di Pantai Padang-Padang di Bali, suasananya sejuk dengan semilir angin. Kami bermain ombak dan pasir, Gen seneng yang paling penting, karena momen ini juga jadi peluang saya sukses menyapih Gen tanpa drama haha.

    Sayang pantai ini jauh dan masih banyak sampah. Pantai Batu Karas memiliki ombak yang lumayan seperti pantai Pangandaran, pasir cokelat tua dan cocok untuk aktivitas surfing pemula. Emang sih disini ketemu beberapa Bule yang lagi surfing juga. Mohon maaf ternyata pantai Batu Karas belum sesuai dengan ekspektasi saya, tidak sesuai dengan apa yang dikatakan orang-orang.



    • Pertama, dengan tiket masuk segitu dan pengunjung yang tidak pernah sepi, kondisi pantai belum seperti pantai komersil untuk wisata. Minimnya petunjuk jalan, banyak sampah untuk ukuran pantai terkenal di Jawa Barat, progresnya sangat lambat.
    • Kedua, fasilitas toilet umum atau kamar bilas masih kurang layak, sangat kotor, pintu tidak bisa dikunci, banyak jentik nyamuk dan airnya kurang bersih. Sementara cuci kaki saja bayar, sangat disayangkan untuk pengelolaannya yang asal-asalan.
    • Ketiga, apalagi yang perlu di jelajahi? Saya browsing katanya ada hutan bakau instagenic tapi roda empat harus parkir jauh lalu naik ojek Rp 10.000 sekali jalan, sayang sekali sih fasilitas belum optimal.


    Piknik ke Batu Karas

    Piknik ke Batu Karas

    Ya, cukup tahu aja, kalau liburan bertiga ama Gen lebih baik ke Bali sekalian, jarak tempuh dekat dengan pesawat hehe. Semoga pengelola dapat lebih baik lagi dalam memaksimalkan potensi Pantai Batu Karas, karena lokasi yang sangat jauh harusnya bisa membuat orang tidak kecewa berkunjung kesini. Saya termasuk orang yang nggak mau berkunjung lagi kalau tempatnya biasa saja, kecuali kalau sudah banyak perubahan atau memang ada minat berkunjung kesana karena ada kepentingan dan value-nya.

    Sebelum beranjak dari pantai selepas Jumatan, kami dihibur oleh aneka jajanan di pantai Batu Karas. Makanan yang saya kangenin adalah PECEL, harganya Rp8.000 / pincuk kecil yang seharusnya tidak ada di tempat wisata paling murah Rp3.000 aja lol, enak juga biasa aja sih tapi lumayan berhasil kerinduan saya sama jajanan masa kecil di kampung halaman Rujak Rp 10.000, es krim kampung Rp 5.000, Baso kampung Rp 15.000, es kelapa muda Rp 7.000, banyak jajanan ala Bandung cuma emang kualitas Bandung Juara sih soal makanan, jadi soal rasa jangan berekspektasi terlalu tinggi.


    Ini namanya PECEL

    Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan ke Banjar sari dan Alhamdulillah selama mudik dan piknik ini lancar, akhir pekan yang panjang di tanggal tua adalah emas untuk kami menghindari kemacetan. Saya ternyata bisa ya menyenangkan hati keluarga, jika ada yang iri dengan saya, bodo amat, mungkin dia  sudah tahu jika hidup saya begitu bahagia dan sempurna. Sampai jumpa di petualangan selanjutnya!


    Baca juga yuk:

    3 comments:

    1. Itu langitnya pink karena memang begitu atau diedit mbak? cantik banget jadinya perpaduan warna langit, laut, dan pasir pantai. ^_^

      ReplyDelete
    2. Bagus kak, tetapi agak banyak daun yang berserakan ya. BTW itu kirain bintang laut sama kerang-kerangnya asli, ternyata editan wkwk :D

      ReplyDelete
    3. aku salfok sama pecelnya aduh eta enak pisan hahahha. Pernah sekali ke pangandaran tapi blm pernah ke batu karas, kotornya sih mirip pisan sama pangandaran hahaha, apalagi kalau lagi musim liburan ya.. beuh sampah + orang yg lagi piknik dimana2, tapi karena murmer jadi tetap banyak yg minat datang kesini :D

      ReplyDelete

    COPYRIGHT © 2017 SANDRAARTSENSE | THEME BY RUMAH ES