• 6.1.16

    Wisata Edukasi ke Museum Wayang




    Hola selama liburan akhir tahun kemarin, setelah bosen tiga hari berturut-turut bolak-balik BIP-BEC-Gramedia akhirnya aku dan suami keluar kota juga hehe tadinya mau ke Taman Bunga Nusantara Cipanas tapi ngeliat di TV ada longsor di Ciapatat dan puncak-puncaknya Kawasan Puncak macet, kita nggak mau liburan ini lama di jalan. Kebetulan (sebenernya nggak ada kebetulan di dunia ini tsaaah) ada temen Akang yang mau ke Bogor tapi jalurnya lewat Tol nggak lewat Puncak karena takut kejebak macet, yaudah akhirnya kita bertiga ke Bogor. Lamanya perjalanan Bandung-Bogor Cuma 2,5 jam loh pemirsa wah senengnya kebayang kalo harus lewat pucak macetnya kayak gimana heheh

    Kita menginap di kerabatnya Akang, dan keesokan harinya kita jalan-jalan ke Jakarta. Wah udah lama banget aku enggak ke Ibukota, terakhir kali 2 tahun yang lalu kali ya, saat nemenin murid-murid Global Art lomba menggambar nasional di Jakarta. Kita dianter Mbak Vera dan anak sulungnya ke Jakarta dengan transportasi KRL atau Kereta Rel Listrik. Ini adalah pengalaman pertama untuk aku dan Akang naik KRL. Kita berangkat sekitar pukul 9 pagi ke Stasiun Bojong Gede, saat nyampe stasiun kita langsung antri kartu tiket KRL seharga 4 ribu rupiah dan jaminan 10 ribu per orangnya jadi tiket tersebut nggak boleh hilang lho. Tak lama kemudian KRL datang, terlihat di ujung gerbong depan dan belakang catnya warna pink yang menunjukkan gerbong khusus wanita, jadi laki-laki dilarang masuk dan kita masuk di gerbong campuran saja, kursi yang tersedia sangat sedikit karena KRL itu dekorasi dalamnya seperti di Film-film Jepang atau tampilan Damri baru di Bandung, dimana kita harus mendahulukan Lansia dan Ibu hamil. Kurang lebih 1 jam perjalanan kita nggak kebagian tempat duduk tapi itu bukan masalah karena  aku bisa punya me time untuk bersyukur dan berpikir. Setelah melewati belasan Stasiun, satu jam kemudian kita sampai di Stasiun Kota Tua. Kita memang berencana untuk mengunjungi Kota Tua karena kalo mol lagi mol lagi bisa mual hehehe

    Setibanya di Stasiun kita langsung berjalan kaki sekitar 300 meter menuju kawasan kota Tua dan Mbak Vera sangat kaget karena hari biasa bahkan long weekend saja kawasan Kota Tua tidak sepadat ini. Mungkin kita datang di waktu yang kurang nyaman untuk melukis tapi udah jauh-jauh kesini masa pulang lagi mana cuaca lagi panas terik, di lapangan Kota Tua ini mengingatkan aku dengan ramainya Alun-alun Bandung hahaha tapi di Kota Tua ini banyak banget badut dan para Costplayer yang difoto oleh pengunjung lalu mereka mendapat imbalan uang seikhlasnya, ragam sekali dan kreatif bentuknya, dari tokoh kartun seperti Nobita, Doraemon, Masha and The bear, lalu sosok pahlawan pejuang, hantu khas Indonesia sampe tokoh imajiner ada semua. 


    suasana kota Tua yang saat musim liburan

    Setelah puas berkeliling kami memasuki Museum Wayang karena Museum Fatahillah penuhnya minta ampun. Museum Wayang adalah sebuah museum yang berlokasi di jalan Pintu Besar Utara No 27. Dari luar Museum Wayang Gedung yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini. (sumber: Wikipedia)



    Tiket Museum Wayang harganya hanya 5 ribu rupiah, tempat tersebut terdiri dari 2 lantai, di lantai pertama saat kita akan masuk terdapat meja resepsionis yang melayani tiket masuk. Setelah membayar tiket masuk kita memasuki sebuah lorong penuh dengan koleksi wayang. Seandainya pengunjung tidak banyak mungkin aku akan tenang dan leluasa membaca satu demi satu koleksi yang terdapat di Museum tersebut. Setelah keluar dari lorong lalu ada taman kecil yang banyak sekali tulisan bahasa Belandanya, sangat antik dan adem karena ruangan tersebut terbuka. Kita melanjutkan perjalanan ke lantai 2 dimana lebih banyak koleksi wayangnya, selain silsilah pewayangan, juga terdapat koleksi wayang dari berbagai jenis bahan dan koleksi wayang internasional yang merupakan sumbangan dari negara asal wayang tersebut dan tentunya namanya bukan wayang dan tidak mirip dengan wayang disini. 














    Setelah puas berkeliling kita kembali menuruni lorong menuju lantai 1 dan sebenernya tempat ini mengingatkan aku pada Festival wayang Internasional yang diadakan Kota Baru Parahayangan setiap tahunnya. Cuma bedanya jika festival waktunya hanya 3 hari dengan jadwal padat dari penampilan seniman yang mempertunjukkan tarian dan tentunya koleksi wayang serta topeng dengan skala intenasional.

    Senangnya kalo berkunjung ke daerah orang, selain mengunjungi tempat wisatanya, kita juga bisa mencicipi makanan khsanya, mempelajari kebudayaan, kebiasaaan dan bahasa daerah tempat tersebut. Semoga Museum Wayang ini selalu terawat karena merupakan bagian untuk melestarikan kebudayaan bangsa. Aku pribadi senang sekali dengan nama-nama pewayangan yang sangat Indonesia sekali yang juga bagus diberikan sebagai nama anak kita nanti.

    Sebelum pulang kita makan mie ayam dan es krim lalu melanjutkan perjalanan pulang dari Stasiun kota dengan tarif karcis yang sama. Liburan yang sangat berkesan karena ketika KRL melewati stasiun Gambir aku bisa melihat Monas dengan sangat jelas heheh sampai jumpa di liburan selanjutnya gals

    5.1.16

    Wisata Edukasi Ke Museum Pendidikan Nasional

    Museum Pendidikan Nasional
    Postingan pertama di tahun 2016, semoga resolusi tahun 2015 yang belum tercapai bisa tercapai tahun ini dan semoga para alayers selfie yang tidak takut aturan, di tahun 2016 ini nggak cuma jago selfie tapi juga harus berprestasi, setuju????? selfie is not big crime tapi masih banyak yang harus dilakukan pemuda Indonesia selain selfie supaya bangsa ini makin maju dan jadi ladang pahala kan? Ngomong-ngomong resolusi, tahun ini aku ingin melanjutkan misi sebagai Nusantara Traveler Artist, makin semangat pamer karya dan banyak rejeki biar bisa honeymoon sama soulmate asiik.. akhir tahun lalu aku berkunjung ke Museum Pendidikan Nasional namun baru sempat posting sekarang di sela-sela kesibukan Ibu rumah tangga yang sekarang mulai aktif lagi ngajar di sekolah dan sanggar seni. So, Happy reading!

    Museum Pendidikan Nasional (MPN) adalah Museum pertama yang terletak di Komplek Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Jl. Dr. Setiabudhi no.229 Bandung. Museum ini bisa dijadikan destinasi wisata edukasi terbaru ya apalagi kawasan Bandung Utara selalu ramai dipadati wisatawan yang berlibur ke Kota Bandung. Museum ini diresmikan oleh Rektor UPI dan Gubernur Jawa Barat pada tanggal 2 Mei 2015 tepat pada peringatan hari Pendidikan Nasional yang juga bertepatan dengan hari Ulang tahun pernikahan aku dan suami yang juga Lulusan Sarjana Pendidikan dari UPI hehe (saat itu kita lagi Honeymoon part II ke Jogja J).

    Kira-kira seminggu yang lalu aku dan suami berkesempatan mengunjungi Kampus UPI. Sudah lama sekali ya kami tidak main kesini, ternyata tempat pertama kali kami bertemu yang dulunya sebuah Bank di Kampus sekarang sudah berubah menjadi bangunan yang megah dan futuristik yaitu Museum Pendidikan Nasional yang semoga saja cinta kami juga lestari yah. Melihat bangunan museum dan kampus ini kami banyak bernostalgia tentang kisah kami, rasanya seneng banget bisa kesini lagi.

    pembelian tiket



    Untuk mengunjungi MPN, kita cukup membayar tiket masuk sebesar Rp 5000 dan mengisi buku tamu. Jadwal kunjungan museum ini adalah Selasa-Jumat 08.00-16.00, Sabtu-Minggu 08.00-17.00 sedangkan untuk hari Senin dan Hari Besar Nasional museum tutup. Museum ini merekam kisah perjalanan Pendidikan di Indonesia di masa lampau, masa sekarang dan forecasting atau ramalan tentang proses pendidikan di masa yang akan datang. Museum ini terdiri dari 5 lantai dimana lantai kelima kita dapat menikmati kuliner sambil menikmati pesona Gunung Tangkuban Parahu yang terkenal itu (namun sayang pada saat kita kesana Muesum sudah mau tutup).

    ruang audio visual

    diorama manusia purba

    pendidikan gereja



    diorama arca dewi Srasvati atau dewi kepintaran dan arca Ganesha yang selalu menyedot ilmu melalui belalainya 




    view kampus dari museum

    Lantai pertama terdapat ruang audio visual yang memberikan gambaran menyeluruh tentang museum ini, aku dan suami sempat menyaksikannya, ruangannya sangat bagus dan nyaman tapi sayang banyak pengunjung yang kurang sadar tentang kebersihan sehingga kami mendapati banyak sampah makanan pengunjung disini. Setelah selelsai menonton dari Ruang Audio Visual, kami beranjak ke Ruang Pendidikan Zaman Klasik dimana terdapat diorama yang memamerkan perkembangan sosial budaya, ilmu pengetahuan, teknologi serta pendidikan yang bermula dari keluarga dan agama. Selain Diorama, juga terdapat foto-foto kehidupan masyarakat tradisional nusanatara dan komputer interaktif yang dapat digunakan oleh pengunjung supaya lebih fun dan menarik selama menimba ilmu di museum ini.

    sabak, dudlu nenek ku belajar menulis di batu sabak bukan buku, setelah belajar lalu dihapus lagi 

    pensil
    seragam sekolah dari masa ke masa

    permainan jaman sekolah

    ruang belajar

    ruang belajar



    komputer interaktif bisa main musik disini

    beruntung Suami pernah ngalamin belajar pake kursi ini loh

    Lantai kedua memamerkan perkembangan pendidikan di Indonesia selama masa klasik, kolonial, masa awal kemerdekaan hingga masa awal reformasi. Pada ruangan lantai 2 di pamerkan display bangunan sekolah, pembelajaran di kelas, peta konsep pendidikan, kurikulum dan materi pembelajaran. Disini kita juga dapat melihat buku, alat tulis, ijasah jaman dahulu sampai sekarang lho.
    ruang kepsek



    perpustakaan tapi belum ada buku


    seragam Guru dari masa ke masa

    Lantai ketiga menyajikan tentang sejarah pendidikan Guru sejak zaman kolonial hingga zaman reformasi lengkap dengan patung Guru sedang mengajar.

    miniatur Isola

    Kebaya Kabumi pemberian Ibu Tien Soeharto

    Lantai empat merupakan ruangan khusus yang menyajikan perjalanan sejarah dan prestasi UPI sejak awal pendiriannya oleh Bapak Moh. Yamin tahun 1954 sebagai PTPG hingga menjadi sebuah Umiversitas seperti sekarang. Karena jam museum mau berakhir para pengunjung segera turun melalui lift sehingga kami pun belum sempat ke lantai 5. Menurut kami Museum ini adalah warisan kebudayaan yang harus terawat dan lestari, sayang sekali ada beberapa fasilitas komputer interaktif yang tidak bisa digunakan pengunjung. Taman dan air mancur di depan Museum ini juga jangan diabaikan karena pada saat pertamakali museum ini dibuka dan fotonya banyak tampil di Instagram dirasa sangat indah dan menarik hati. Pengunjung juga diharapkan tidak gaduh dan tidak terlalu banyak selfie karena kurang menikmati dan tidak tahu apa saja yang telah didapatkan dengan mengunjungi museum ini. Semoga nanti koleksi museum nya lebih banyak lagi dan fasilitas pendukung nya lebih baik dan terawat.

    MAU LES MUSIK? BACA INI
    COPYRIGHT © 2017 SANDRAARTSENSE | THEME BY RUMAH ES